Memotong Siklus Balas dendam

Oleh : Yon Maryono

Hampir berita dunia khususnya  diwilayah Timur Tengah akhir-akhir  ini
diwarnai dengan kekerasan. Seorang remaja Arab di Yerusalem dilaporkan
menjadi  korban pembunuhan  yang dilakukan  oleh tiga  pemuda Israel.
Diperkirakan   kejadian   ini  menjadi   bentuk   balas  dendam   atas
meninggalnya  tiga  remaja  Israel  yang  sebelumnya  diculik.  Berita
selanjutnya, serangan  roket baik  dari Gaza  dan dari  Israel semakin
sering dilakukan  menyusul adanya  pembunuhan tiga  remaja Israel  dan
remaja Arab tersebut.


Balas dendam  menurut Kamus  Besar Bahasa  Indonesia adalah  perbuatan
membalas perbuatan  orang lain  karena sakit  hati atau  dengki. Balas
dendam merupakan suatu tindakan  interaksi sosial dari manusia  kepada
manusia  atau lainnya.  Dalam psikologi,  perbuatan tersebut  termasuk
kedalam interaksi resiprositas (balas membalas) yang berlanjut, karena
pelakunya mendapatkan suatu bentuk kepuasan batin bagi dirinya sendiri
tetapi menyakitkan  bagi yang  lain. Bentuk  balas dendam  tidak hanya
hubungan antar pribadi tetapi  juga terjadi antar keluarga,  kelompok,
suku atau etnis dalam masyarakat, atau bangsa.

Upaya memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan semula atau  upaya
menyelesaikan perbedaan bagi mereka yang terlibat balas dendam  sering
disebut Rekonsiliasi.  Dalam sejarah  Dunia, proses  Rekonsiliasi yang
dinilai paling berhasil dan  terbesar sepanjang sejarah adalah  proses
rekonsiliasi di  Afrika Selatan  setelah berakhirnya  apharteid. Suatu
sistem pemisahan ras  yang diterapkan oleh  pemerintah kulit putih  di
Afrika Selatan dari sekitar awal abad ke-20 hingga tahun 1990.  Nelson
Mandela  berhasil  membawa  Afrika  Selatan  ke  rekonsiliasi nasional
karena mau  mengampuni orang-orang  yang telah  menindas dan  menyiksa
orang-orang  kulit  hitam,   bangsanya  secara  semena-mena,   Mandela
berhasil membawa pembebasan bagi Afrika Selatan karena prinsip,  visi,
sikap rohaninya mau mengampuni  kesalahan pemerintah kulit putih  yang
telah memperlakukannya secara tak manusiawi yang melanggar HAM.

Tetapi apakah cara rekonsiliasi, atau apapun namanya : Ikrar bertobat,
Kesepakatan, juga  akan berhasil  diterapkan dalam  kasus misal  antar
Hamas atau Plestina  dan Israel, antara  ISIS dan Negara  Amerika atau
Inggris yang dianggap musuh besarnya? Keberhasilan itu tidak tergatung
metodenya,  tidak  tergantung  kekuasaan,  tidak  tergantung perangkat
pemerintahan tetapi  tergantung prinsip,  visi dan  sikap mereka  yang
terlibat  untuk memahami  pengampunan tanpa  batas. Pengampunan  tanpa
batas tidak  menuntut harga  diri, Pengampunan  tanpa batas meniadakan
sanksi, tetapi saling memberi maaf yang tulus. Pengampunan tanpa batas
memberikan  pemulihan  dan kedamaian.  Penampunan  tanpa batas  adalah
bentuk kasih yang telah mengakhiri siklus dendam. Ada anggapan  bentuk
pengampunan yang berdasarkan kasih ini bentuk sikap lemah, tidak punya
pendirian, kurang tegas, tetapi  Nelson Mandela telah membuktikan  dan
mendjadi saksi bagi kesejahteraan dan kedamaian di Afrika Selatan yang
saat ini menjadi proptotipe rekonsiliasi di dunia.

Nelson  Mandela  sebagai  seorang  pengikut  Kristus  tentu   mengenal
pengampunan tujuh puluh kali  tujuh, yang diartikan pengampunan  tanpa
batas sebagaimana Tuhan Yesus  ajarkan kepada Rasul Petrus  (Mat 18:21
-22). Orang kristenpun  juga diperintahkan tidak  menuntut pembalasan,
karena pembalasan  itu hak  Allah (Rm  12:9). Pengampunan  tanpa batas
tidak  membicarakan  pengetahuan orang  tentang  firman Tuhan,  tetapi
sikap seseorang menghidupi firman Tuhan dalam tindakan nyata.  Seperti
Nelson Mandela tidak begitu  banyak dibahas atau ditulis  membicarakan
iman  Kristennya. Tapi  nampak ia  sungguh-sungguh menghidupi  pikiran
Kristus dalam hidupnya untuk memutus balas dendam bangsanya.

Tuhan memberkati kita semua.

Sumber: artikel Pribadi